Mata-mata

Rabu, 21 November 2007

Punya mata minus memang merepotkan, seumur hidup tergantung pada alat bantu baca. Sejak umur 10 tahun, aku sudah berkaca mata. Awalnya dari minus 2.5, dan beranjak naik setiap tahun dengan giatnya. Untungnya mataku berhenti memburuk di minus 6.5.

Itu tahun 2003. Tahun terakhir aku membeli kacamata. Karena sejak tujuh tahun terakhir aku selalu menggunakan contact lens. Punya mata minus 6.5 membuat kacamata semahal apapun nampak lucu karena lensa akan tebal seperti pantat botol.

Pindah ke Scotland, aku membekali diri dengan setengah lusin pasang contact lens untuk persediaan. Ada yang warna coklat, ada yang warna hijau, sepasang warna ungu tua. Tidak ada yang bening, karena setelah bertahun-tahun menggunakan contact lens aku sadar bahwa lensa berwarna lebih gampang dicari kalau jatuh di bak cuci tangan. Tips ini dipelajari setelah membaca cerita tentang Christina Aguilera, yang memakai contact lens berwarna biru meskipun matanya sudah biru. Bola matanya, maksudku.

Ternyata estimasi meleset, dan bulan November aku kehabisan persediaan. Padahal baru akan mudik bulan Desember. Maka melangkahlah aku ke Optik terdekat dengan niat hendak membeli contact lens. Begini ceritanya:

Aku: "Halo, aku mau beli contact lens."
Petugas: "OK. Bawa resepnya?"
Aku: "Oh nggak, tapi aku ingat aku minus 6 di kiri dan kanan."
Petugas: "Sorry, love, kami tidak bisa menjual contact lens tanpa resep."

Heh??

Aku: "Di negaraku tidak perlu resep. Lagipula kalau salah ukuran kan yang tanggung saya sendiri."
Petugas (sambil menggeleng dengan tampang heran): "Sorry, tidak bisa. Kapan terakhir melakukan tes mata?"
Aku: "Errr.... 2003?"
Petugas: "Kamu harus tes mata dulu. Kamu tidak akan bisa membeli contact lens di manapun tanpa resep. Mau dibuatkan jadwal?"
Aku (mengalah): "OK. Kalau bisa secepatnya karena ini (menunjuk mataku sendiri) persediaan terakhir."

Hari itu aku akhir bertemu Optician untuk tes mata. Sambil duduk di ruang kecil yang dipenuhi diagram dan peralatan canggih, aku membayangkan tes mata pastinya di semua tempat sama. Di Optik Melawai langganan dulu, tes mata cuma butuh 30 menit.

Meleset, dong.

Tes mata diawali dengan tanya jawab. Kapan pertama kali berkaca mata? Berapa ukuran terakhir? Kapan terakhir ke dokter mata? Kapan terakhir menjalani tes mata? Berapa tinggi dan berat badan? Punya riwayat diabetes? Tekanan darah tinggi? Pernah operasi mata? Pernah punya gangguan mata lainnya? Dan lain-lain yang butuh sekitar 10 menit sendiri. Seluruh jawaban dicatat di atas sehelai kertas.

Kacamata terakhir diperiksa. Dilihat ukurannya. Dikembalikan. Lalu mulai mengetes penglihatan. Kiri dulu. Kemudian kanan. Masing-masing dengan 10 lebih option (lebih jelas mana, yang ini, atau kalau ditambah lensa ini).

Nah kalau di Jakarta, setelah tes penglihatan, selesai sudah. Ini tidak. Diagram diganti, di sebelah kiri merah di sebelah kanan hijau. Pertanyaannya mirip, kiri dan kanan sama jelas atau ada yang lebih kabur. Kalikan sepuluh kali....

Selesai? Hohohoho..... belluuuuumm!

Masih ada dua alat lagi, satu katanya untuk mengukur tekanan mata. Mata dilihat pakai alat canggih dari dekat, dan ditiup (sialan, kaget bow!). Ganti alat lagi. Disuruh lihat atas, bawah kiri atas, kiri bawah, depan, kanan atas, kanan bawah, depan, kedip, ulangi lagi.

Sudah? Beeeellluuuummmmm......

Satu lagi. Kembali menggunakan kacamata dokter. Kali ini diagramnya cuma 4 buah garis membentuk tanda salib. Dengan berbagai macam lensa aku disuruh mengidentifikasi apakah garisnya masih tetap lurus atau mencong.

Sudah? Hmmm... mungkin, karena si Optician menulis hasil tes panjang sekali di atas kertas itu. Kuintip sedikit untuk melihat hasil tes: mata masih sehat, tidak ada tanda-tanda penyakit mata misalnya glaukoma atau katarak (pantas lama, ditesnya serius begitu), dan ukuran masih sama, tidak berubah. Ada astigmat sedikit (pantasan salibnya jadi tidak linear). Intinya untuk contact lens tetap pakai ukuran minus 6. Yippeee...

Sudah? Belum!

Interview lagi. Kapan terakhir pakai contact lens? Kebiasaannya bagaimana, berapa sering dicopot dalam seminggu? Maunya pakai yang model seperti apa (harian, mingguan, bulanan)? Biasanya pakai merk apa? Nantinya mau merk apa? Mau berwarna atau tidak? Biasanya ada gangguan apa selama pakai contact lens? Semua dicatat!

Selesai? Ehm-ehm. Belum. Optician yang cantik membongkar-bongkar lacinya dan mengeluarkan sepasang contact lens. Aku disuruh mengenakannya. Setelah contact lens terpasang, aku disuruh duduk lagi di kursi dan dites lagi penglihatannya. Setelah itu, contact lens-nya harus dibuang (aduh sayang!), dan aku kembali berkaca mata.

Selesai? Iya, selesai untuk babak satu, yang membutuhkan waktu satu jam lebih! Optician menulis resep, pesan contact lens. Aku harus datang beberapa hari kemudian untuk.... uji coba. Tidak peduli aku sudah mengenakan contact lens selama hampir sepuluh tahun, aku tetap harus uji coba dulu.

Babak dua dimulai kemarin. Aku datang kembali ke Optik Duncan & Todd jam 4 sore. Mengenakan contact lens. Tunggu satu jam (untuk melihat efeknya), kembali pukul 5 sore untuk bertemu optician, dimana ia mencatat (lagi), bagaimana rasa contact lens-nya, kembali mengetes tekanan mata dan lain-lain dengan alat canggihnya (lihat atas, bawah, kiri, kanan, dst.), sampai kemudian ia puas dan mengatakan aku boleh pulang.

Berarti sudah boleh beli contact lens dong?

Hehehe... belum. Tunggu dulu 2 minggu!! Ini kan masih uji coba. Rasakan dulu. Kalau ada rasa tidak nyaman, gatal, benci, rindu, dendam, lapar, dan lain-lain di mata, diharapkan segera melaporkan hal tersebut pada mereka.

Nanti setelah dua minggu baru mereka akan memesankan contact lens sesuai keinginanku. Intinya mereka sangat, sangat bertanggung jawab dengan kesehatan mata dan penglihatan, mereka ingin memastikan ukuran resep yang diberikan tidak membuat aku melangkah ke dalam got atau menyeberang jalan saat lampu hijau. Semua hasil tes mata itu dikirimkan ke GP (General Practicioner). Apalagi aku punya bisul kecil yang sudah nyaman bertengger di kelopak mata kanan selama 6 minggu, dan meskipun aku sudah menginformasikan bahwa dokter memutuskan untuk tidak perlu dioperasi dan tunggu saja nanti hilang sendiri, Optician bersikeras akan menulis rekomendasi ke dokter atau dokter mata untuk menanggulangi si bintit kecil ini.

Aduh!! Maksudnya baik ya. Cuma kog.... ribet, bow!!! Bayangkan hanya untuk beli contact lens saja aku harus menunggu tiga minggu.

Pokoknya nanti pulang ke Indonesia, beli persediaan lagi aaahhhh..........!!!

4 komentar:

ayu mengatakan...

"Mata dilihat pakai alat canggih dari dekat, dan ditiup (sialan, kaget bow!)." -> Hahahaha! Aku ketawa bacanyaahh! XD

Tapi hebat banged yah, sampe sedalam ituh meriksanyah.. Hoah, hebad.. hebad!

Elyani mengatakan...

Hi Anita, ini blog keluarga ya? Aku juga pemakai kaca mata sejak jaman masih SMP dulu. Memang sebal ya punya mata minus. Periksa mata Anita di Scotland kok hampir mirip dengan yang aku jalani di Optica77 Kelapa gading ya? Oom pemilik Optica77 juga sangat detail waktu periksa mata aku. Lebih terang mana huruf di layar merah (kiri) atau huruf di layar hijau (kanan) dan tiga garis vertikal-horisontal yang menyerupai tanda + atau tanda salib, etc. Setelah aku lihat casing kaca mataku, oh ternyata si Oom optician lulusan Germany. Pertanyaan-nya ga seribet optician di Scotland tapi baru kali ini aku puas dengan hasil pemeriksaan mataku. Bukan promosi lho, tapi beliau benar2 melayani customer dengan super sabar dan kaca mata baruku benar2 enak dipakai.

Mohawk Chieftain mengatakan...

I couldn't have said it better...

Anonim mengatakan...

http://lumerkoz.edu So where it to find?, [url="http://talkingaboutwindows.com/members/Buy-Clarinex/default.aspx"]clarinex side effects[/url] parish [url="http://rc8forum.com/members/Buy-Singulair.aspx"]singulair side effects[/url] leconte nightly [url="http://www.lovespeaks.org/profiles/blogs/buy-enalapril"]enalapril side effects[/url] lawsroselawn venereal [url="http://riderx.info/members/Buy-Dostinex.aspx"]dostinex[/url] poblacion naias [url="http://www.lovespeaks.org/profiles/blogs/buy-famciclovir"]famciclovir side effects[/url] homowo saxton